Senin, 05 November 2012

PENGENDALIAN CENDAWAN Phytophthora infestans L TERHADAP PENYAKIT LODOH (LATE BLIGHT) PADA DAUN KENTANG (Solanum tuberosum L) DENGAN MEMBAKAR LODOH


PENGENDALIAN CENDAWAN Phytophthora infestans L TERHADAP PENYAKIT LODOH (LATE  BLIGHT) PADA DAUN KENTANG (Solanum tuberosum L) DENGAN MEMBAKAR LODOH

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi komoditi penting. PT. NATURAL NUSANTARA berupaya meningkatkan produksi kentang nasional secara kuantitas, kualitas dan tetap berdasarkan kelestarian lingkungan (Aspek 3K).
Organisme Penganggu Tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu : hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi.
Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga tidak heran kalau pada musim hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh masalah penyakit tanaman seperti antraknosa cabai, busuk daun pada kentang dan penyakit kresek dan lain sebagainya. Sementara itu pada musim kemarau banyak masalah yang disebabkan oleh hama penggerek batang padi, hama belalang kembara, serta thrips pada cabai.
B. PERUMUSAN MASALAH
a. Apakah obat yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit lodoh pada tanaman kentang?
b. Apakah dengan melakukan pembakaran pada tanaman kentang yang terkena busuk akan berakhir ?
    C. TUJUAN PERMASALAHAN
Adapun tujuan dari masalah ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab penyakit busuk pada tanaman kentang serta bagaimana cara mengatasinya.
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. TANAMAN KENTANG
Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang" pula. Umbi kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan.
Penjelajah Spanyol dan Portugis pertama kali membawa ke Eropa dan mengembangbiakkan tanaman ini pada abad XVI. Dengan cepat menu baru ini tersebar di seluruh bagian Eropa. Dalam sejarah migrasi orang Eropa ke Amerika, tanaman ini pernah menjadi pemicu utama perpindahan bangsa Irlandia ke Amerika pada abad ke-19, di kala terjadi wabah penyakit umbi di daratan Irlandia yang diakibatkan oleh jenis jamur yang disebut ergot.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom  :
Plantae
Divisio       :
Magnoliophyta
Kelas         :
Magnoliopsida
Ordo          :
Solanales
Famili         :
Solanaceae
Genus        :
Solanum
Spesies       :
S. tuberosum
Nama binomial Solanum tuberosum

2. SYARAT PERTUMBUHAN
1)      Iklim
Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C,kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl.
2)      Media Tanam
Struktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8-7,0.
3. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1)   Pembibitan
·         Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram, umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul. Pilih umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam.
·         Bila bibit membeli (usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas.Penanaman dapat dilakukan tanpa/dengan pembelahan.Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi direndam dulu menggunakan POC NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air).
2)       Pengolahan Media Tanam
Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan biarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan buat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.Natural Glio yang sudah terlebih dahulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu, ditebarkan merata pada bedengan (dosis : 1-2 kemasan Natural Glio dicampur 50-100 kg pupuk kandang/1000m2).
3)      TeknikPenanaman
a.      Pemupukan Dasar
a) Pupuk anorganik berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75 kg/ha).
            b) Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secukupnya secara meratadi atas bedengan, dosis 1-2 botol/ 1000 m². Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA dengan cara :alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter bedengan.Penyiraman POC NASA / SUPER NASA dilakukan sebelum pemberian pupuk kandang.
                c)  Berikan pupuk kandang 5-6 ton/ha (dicamur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam) satu minggu sebelum tanam.
b.   Cara Penanaman
Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm x 40 cm atau 70 x 30 cm dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha (bobot umbi 30-45 gr). Waktu tanam diakhir musim hujan (April-Juni).
4)      Pemeliharaan Tanaman
1)      Penyulaman
Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.
2)      Penyiangan
            Penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan.
3)      Pemangkasan Bunga
4)      Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara.
Pemupukan Susulan



4. GEJALA PENYAKIT
a.       Pada organ tanaman
1.      Daun
Gejala pada tingkat awal timbul bercak nekrotik pada bagian tepi dan ujung daun dan berupa bercak abu-abu berukuran besar dengan bagian tengahnya yang agak gelap dan sedikit basah. Di sisi bawah daun terdapat spora berwarna putih sepeti beludru. Gejala pada daun tanaman umumnya muncul setelah tanaman berumur lebih dari satu bulan. Hal ini terjadi pada varietas rentan dan kelembaban cukup tinggi pada suhu yang tidak terlalu rendah. Gejala pada tingkat lanjut muncul bercak-bercak nekrotik yang berkembang keseluruh daun tanaman yang menyebabkan tanaman mati.
2.      Umbi
Umbi terjadi bercak yang agak mengendap, berwarna cokelat atau hitam ungu, yang masuk sampai 3-6 mm ke dalam umbi. Bagian yang busuk kering tadi dapat terbatas sebagai bercak-bercak kecil, tetapi dapat juga meliputi suatu bagian yang luas pada satu umbi. Gejala ini dapat tampak pada waktu umbi di gali,tetapi sering tampak lebih jelas setelah umbi disimpan.
3.      Batang
Bercak berkembang pada tangkai daun (petiole) dan batang yang mengembang dengan bentuk memanjang. Batang yang berkembang akan regas dan mati yang akhirnya bagian tanaman diatas bercak akan mati.
4.      Akar
Gejala pada leher akar dan akar berupa busuk berwarna hitam.Jika keadaan membantu perkembangan penyakit, karena pengaruh phytopthora yang dibantu oleh jasad-jasad sekunder (bakteri atau jamur lain), umbi menjadi busuk basah. Pembusukan ini berkembang dengan cepat, sehingga umbi busuk sama sekali sebelum digali.
Gambar 1. Serangan Phytophthora Infestan pada daun kentang
Pembentukan penyakit busuk daun ini bervariasi sesuai kondisi lingkungan. Kelembaban relative, suhu, intensitas cahaya, dan pemeliharaan kentang itu sendiri akan mempengaruhi gejala yang timbul. Daun yang sakit terlihat berbecak – bercak pada ujung dan tepi daunnya dan dapat meluas ke bawah serta mematikan seluruh daun dalam waktu 1 sampai 4 hari, hal ini terjadi jika udara lembab. Bila udara kering jumlah daun yang terserang terbatas, bercak – bercak tetap kecil dan jadi kering dan tidak menular ke daun lainnya.
Di lingkungan tropis, tanaman kentang akan terus berkembang, sehingga udara umumnya inokulum memulai awal terjadinya penyakit pada lahan baru. Di daerah dataran rendah, tanah atau sisa-sisa tanaman diperkirakan menjadi tempat yang sesuai bagi pathogen antara musim. Jamur juga akan bertahan hidup dalam umbi yang terinfeksi tetap di tanah dari musim sebelumnya. Benih juga bisa terinfeksi dan menjadi tempat hidup pathogen.
Ketika tunas baru dihasilkan dari benih atau umbi tua yang terinfeksi, jamur tersebut akan menginfeksi tunas baru tersebut, kemudian sporulates dari pertumbuhan baru ini serta sporangia akan tersebar di udara atau di air.
b.      Siklus penyakit busuk daun
Patogen dapat tersebar sampai ke batang dengan sangat cepat dalam jaringan korteks yang menyebabkan kerusakan sel didalamnya. Selanjutnya, miselium tumbuh diantara isi sel batang, tetapi jarang terdapat dalam jaringan vaskuler. Miselium tumbuh menembus batang sampai ke permukaan tanah. Ketika mesilium mencapai udara disekitar bagian tanaman miselium memproduksi sporangiospor yang dapat menembus stomata dan menetap serta menyebar melalui daun. Sporangiospor akan terlepas dan menyebabkan infeksi baru, sel-sel dimana miselium berada dapat mati dan menjadi busuk, miselium menyebar luas sampai ke bagian yang sehat.
Beberapa hari setelah infeksi baru, sporangiospor timbul dari stomata dan memproduksi banyak sporangia yang dapat menginfeksi tanaman baru. Selama musin hujan, sporangia terbawa sampai ke tanah. Umbi dekat permukaan tanah dapat terserang zoospore yang bertunas dan berpenetrasi pada umbi menembus lenti sel atau melalui luka alami atau luka akibat serangga dan alat pertanian. Cendawan Phytophthora infestans dapat mempertahankan diri dari musim kemusim dalam umbi-umbi yang sakit, jika umbi yang sakit ditanam, cendawan ini dapat naik ke tunas muda yang baru saja tumbuh dan membentuk banyak konidium atau sporangium.
Demikian pula umbi-umbi sakit yang dibuang, dalam keadaan yang cocok dapat bertunas dan menyebarkan konidium. Karena cendawan ini dapat membentuk oospora, maka cendawan dapat mempertahankan diri dalam bentuk ini juga, dan konidium dapat dipencarkan oleh angin dari sumber infeksi ke tanaman lain.
Daur hidup dimulai saat sporangium terbawa oleh angin. Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium akan mengeluarkan spora kembara (zoospora), yang seterusnya membentuk pembuluh kecambah yang mengadakan infeksi (Rumahlewang, 2008). Ini terjadi ketika berada dalam kondisi basah dan dingin yang disebut dengan perkecambahan tidak langsung. Spora ini akan berenang sampai menemukan tempat inangnya.
Ketika keadaan lebih panas, P. infestan akan menginfeksi tanaman dengan perkecambahan langsung, yaitu germ tube yang terbentuk dari sporangium akan menembus jaringan inang yang akan membiarkan parasit tersebut untuk memperoleh nutrient dari tubuh inangnya.
Gambar 2. Daur Hidup Phytophthora Infestan
c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
Pembentukan dan perkecambahan konidium Ph. Infestans sangat dipengaruhi oleh kelembapan dan suhu terutama kelembapan. Pada udara yang kering konidium sudah mati dalam waktu 1-2 jam, sedang pada kelembapan 50-80% dalam waktu 3-6 jam. Pada suhu 10-250 C, kalau ada air, konidium membentuk spora kembara dalam waktu ½-2 jam
Perkembangann bercak pada daun paling cepat terjadi pada suhu 16-240 C (lihat Salzsmann, 1950). Di dataran tinggi di Jawa busuk daun terutama berkembang hebat pada musim hujan yang dingin, antara bulan Desember dan Februari. Keadaan lingkungan di Indonesia sangat membantu perkembangan penyakit busuk daun kentang. Desiree, suatu varietas kentang yang di Eropa mempunyai ketahanan yang cukup terhadap beberapa ras Ph. Infestans (race non-specific), ternyata di Indonesia menjadi rentan (Mooi et al., 1980).
Menurut Suhardi (1983) terdapat korelasi yang positif anatara intesitas penyakit dan curah hujan. Di Segunung, Cipanas, kentang yang ditanam bulan Oktober-Februari mendapat serangan berat dari Ph. Infestans, sehingga sering fungisida tidak tampak pengaruhnya. Pada bulan-bulan kering, Mei-Agustus, hanya sedikit spora yang tertangkap oleh alat penangkap spora.

d.      Keragaman genetik Phytophthora infestans
Status dan bentuk alat reproduksi dari Phytophthora infestans menjadi topik kontroversi setelah Worthington Smith (1875) menyatakan bahwa jaringan kentang yang terinfeksi oosporanya ditemukan di Inggris. Pada tahun 1876, de Bary mula-mula menyatakan bahwa oospora yang ada pada jaringan kentang yang sakit adalah kontaminan Pythium vexans, tetapi 15 tahun kemudian ia menyatakan bahwa oospora dapat dijumpai pada jaringan kentang yang terinfeksi Phytophthora infestans.
Selanjutnya, pada tahun 1956 de Bary membandingkan (pairing) isolat-isolatnya dengan isolat Phytophthora infestans yang berasal dari lembah dataran tinggi Toluka di Meksiko Tengah dan diperoleh ba-nyak sekali oospora (Niederhauser, 1956; Smoot et al., 1958). Biasanya mating type A1 membentuk banyak sporangia dan sporangiofora, sedangkan mating type A2 hanya membentuk agregat hifa saja. Sejak saat itu, telah dinyatakan bahwa selain isolat Phytophthora infestans dari Meksiko, isolat dari USA, Kanada, Eropa Barat, Afrika Selatan, dan India Barat tidak mem-punyai alat reproduksi seksual. Sampai tahun 1984, peneliti pada umumnya percaya bahwa mating type A2 hanya terdapat di Meksiko, sehingga menimbulkan pertanyaan.
Penelitian untuk mengidentifi-kasi populasi Phytophthora infestans menggunakan teknik genetika molekuler berdasarkan olimorfisme isoenzim diawali oleh Tooley et al. (1985). Setelah itu, banyak peneliti yang mempelajari ciri-ciri populasi Phytophthora infestans baik secara fenotipik maupun secara genotipik dengan menggunakan berbagai macam penanda, seperti mating type, allo-enzyme, sensitifitas terhadap metalaxyl, virulensi, serta sidik jari DNA nukleus (nuclear DNA fingerprint) dan sidik jari mitokondrial (mitochondrial DNA fingerprint) menggunakan teknik Restriction Fragment Length Polymorphism/RFLP.



Gambar 3. Phytophthora Infestan
Setelah dianalisis genotipik alloenzymenya menggunakan enzim malat (Malic enzyme, Me) hasilnya menunjukkan nilai 90/90, dengan enzim glukose fosfat isome-rase (glucose phosphate isomerase, Gpi) menunjukkan nilai 100/100, sedangkan dengan enzim peptidase (Pep) menunjukkan nilai 96/96. Resistensi terhadap Senyawa Metalaxyl Di masa lalu, fungisida yang berbahan aktif metalaxyl sangat efektif untuk mengendalikan penyakit busuk daun. Tetapi penggunaannya yang berkepanjangan telah mengakibatkan munculnya strain Phytophthora infestans yang resisten terhadap senyawa metalaxyl.
Pada umumnya, patogen ini berkembangbiak secara aseksual. Cara ini dilakukan tanpa penggabungan sel kelamin betina dan sel kelamin jantan, tetapi dengan pembentukan spora yaitu zoospora yang terdiri dari masa protoplasma yang mempunyai bulu – bulu halus yang bisa bergetar dan disebut cilia, tetapi dapat juga berkembangbiak secara seksual dengan oospora, yaitu penggabugan dari gamet betina besar dan pasif dengan gamet jantan kecil tapi aktif.

5. MENGATASI SERANGAN PENYAKIT
Mengatasi serangan penyakit busuk daun bisa berarti mencegah tanaman kentang agar tidak binasa oleh penyakit ini, atau bisa juga menekan serangan penyakit ini bila terlanjur menjarah pertanaman kentang. Berikut ini cara yang tepat untuk mengatasi serangan penyakit ini :

1)      Pemilihan Bibit
Umbi untuk bibit diambil dari tanaman yang sehat. Umbinya sendiri harus sehat dan tidak cacat. Jika umbi yang digunakan sebagai bibit sudah sakit (tak normal), jangan harap akan diperoleh tanaman yang sehat. Ciri umbi yang sehat tampak segar, tidak busuk, kulitnya mulus, tidak ada bekas-bekas serangan hama penyakit. Ukuran umbi untuk bibit lebih kurang yang beratnya 30gr.
2)      Sanitasi Lapangan      
Bibit yang sehat belum menjamin tanaman akan terbebas dari penyakit ini, bila kondisi lapangan tidak sehat. Oleh karena tiu, perlu diusahakan agar areal tanaman terbebas dari sumber inokulan (penularan) cendawan P Infestans. Caranya adalah dengan melakukan pembajakan, penggaruan, dan pemberaan untuk mematikan atau memutuskan siklus hidup cendawan ganas ini.
3)      Pengaturan Jarak Tanam
Semakin rapat jarak tanam yang digunakan, diharapkan hasil yang diperoleh semakin tinggi. Namun penggunaan jarak tanam yang rapat perlu mempertimbangkan resiko serangan lodoh. Jarak tanam yang rapat akan menaikkan suhu dan kelembaban, keadaan yang amat memungkinkan cendawan P investans berkembang. Bila menggunakan bibit dari umbi ukuran biasa, jarak tanam yang ideal adalah 35 x 50 cm, sedangkan untuk umbi ukuran besar jarak tanamnya 50 x 80 cm.
4)      Mencabut dan membakar tanaman sakit
Bila pada suatu areal dijumpai tanaman kentang yang sakit, maka tanaman yang sakit itu harus segera dibakar. Tindakan pemusnahan ini perlu dilakukan agar spora cendawan tidak menyebar ke tanaman lain. Perlu diketahui bahwa spora cendawan ini mudah sekali disebarkan oleh angin maupun percikan air hujan.
5)      Penanaman varietas kentang yang tahan.
Di antara varietas-varietas yang pernah ditanam di Indonesia, Bevelander, Populair, Pofijit, dan Gloria kurang rentan ( Muller, 1939, van Hoof, 1950). Seperti yang sudah diuraikan di depan, varietas-varietas yang di daerah beriklim sedang mempunyai ketahanan tinggi, ternyata disini menjadi rentan ( vas Eek dan Thung, 1950, Mooi et al., 1980).
Varietas-varietas yang dianjurkan karena tahan terhadap penyakit daun adalah Cipanas, Donata, Thung 151 C, dan Rapan 106 ( Anon., 1984).
6)      Penyemprotan dengan fungisida                          
Penyemprotan fungisida dilakukan sebanyak 15 kali per musim tanam atau 4-5 hari sekali. Fungisida yang digunakan jangan hanya satu jenis, sebab pemakaian fungisida satu jenis secara terus menerus akan menimbulkan sifat resisten pada cendawan. Cara ini merupakan alternatif terakhir yang diterapkan untuk menekan serangan penyakit. Sejak tahun 1970-an di antara fungisida protektan (kontak) yang banyak dipakai adalah mankozeb, propineb, dan kaptafol, dengan kadar 0,2-0,3% atau 2-3 kg/ha ( Anon., 1977), meskipun di samping itudewasa ini terdapat banyak fungisida yang diizinkan untuk pengendalian Ph infestans pada kentang (Anon., 2002).
Kerapnya penyemprotan tergantunga dari keadaan cuaca, setiap habis hujan lebat penyemprotan diulangi. Pada suspense fungisida sebaiknya ditambahkan pelekat. Sering diperlukan 6-7 kali penyemprotan untuk tiap pertanaman. Pada usaha tani kentang kontribusi biaya pestisida berkisar antara 12-25% dari biaya produksi (Rauf,1999).
Pemakaian fungisida kontak, misalnya mankozeb yang diikuti dengan fungisida sistemik, misalnya metalaksil, secara bergilir memberikan hasil yang baik ( Suryaningsih dan Suhardi, 1994). Di dalam pengendalian hama terpadu (PHT) dewasa ini dianjurkan agar penyemprotanya dilakukan jika terdapat satu bercak aktif per 10 tanaman sampel. Yang dimaksud dengan bercak aktif adalah bercak Phytophthora segar yang membentuk banyak spora yang tampak seperti tepung putih. Penyemprotan dilakukan dengan fungisida sistemik, misalnya metalaksil, yang diikuti dengan tiga kali penyemprotan fungisida kontak yang sudah diuraikan diatas (Duriat et al 1994).
7)      BioSugih  Tani
Seperti telah dijelaskan diatas, penyakit lodoh yang disebabkan oleh sejenis cendawan Phytophthora Infestans dapat menyebabkan seluruh kentang yang terserang menjadi busuk, dan solusi yang ada saat itu hanyalah melakukan panen pada muda, yang jelas saja hasilnya tidak akan maksimal, dan kemudian membakar tanaman kentang yang terjangkit, dan pemberian fungisida kimiawi.
Selain penggunaan bibit kentang yang 100% bebas dan tahan terhadap penyakit lodoh, solusi diatas hanyalah solusi sesaat dan pada jangka panjang tidak efektif. Sedangkan bibit kentang yang 100% tahan terhadap serangan lodoh masih sedang dicari, kemudian bila pun ada jenis kentang yang tahan terhadap penyakit lodoh, belum tentu jenis tersebut tahan terhadap penyakit akibat cendawan jenis lain, sehingga masih diperlukan teknik pencegahannya. Alasan mengapa solusi diatas kurang efektif a.l. adalah:
Saat ini ada bibit kentang yang bebas penyakit. Bibit ini memang lebih tahan penyakit, namun tidak 100% tahan, terbukti di lapangan masih banyak petani yang mengalami kerugian akibat tanaman kentangnya terserang lodoh walaupun bibit yang ditanamnya merupakan bibit bersertifikat.
Selain itu, bila zat kimia anti-jamur (fungisida) digunakan, penggunaannya tidak efektif, karena kita harus menjangkau semua tempat yang ditinggali sang cendawan, dan setelah efek dari zat kimia fungisida itu habis, habis pula pertahanan kita.
Oleh karena itu untuk mengatasi serangan cendawan, harus menggunakan sejenis makhluk hidup pula, yang selama hidupnya ia membasmi cendawan Phytophthora Infestans. Makhluk hidup berupa bakteri atau jamur/cendawan yang digunakan untuk membasmi bakteri dan jamur penyakit biasa disebut "agen".Saat ini ada beberapa bakteri dan jamur ("agen") yang berguna yang dapat digunakan untuk membasmi si Phytophthora. Namun saat ini petani kesulitan untuk mendapatkannya, dan efektivitasnya pun masih diragukan.
Berdasarkan fakta diatas kita tahu bahwa suatu bakteri atau jamur (agen) yang dapat memerangi penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur setidaknya harus mempunyai kriteria sbb:
1. Lolos uji lab, dan lolos uji lapangan. Sehingga keampuhan si agen terbukti di laboratorium, dan terbukti nyata di lapangan.
2. Kualitas sang agen selama dalam kemasan terjaga. Sehingga apa yang dibeli oleh petani bukanlah "bangkai agen" tapi "agen sekuat James Bond".
3. Sang agen harus kuat, dan mempunyai sistem pertahanan tubuh yang baik. Jangan sampai agen yang kita utus untuk menjalankan misi penting terbunuh dengan mudah oleh musuhnya.
4. Sang agen harus bisa mendapatkan sumber makanan yang cocok dan baik baginya. Sebaiknya makanan ini ada terdapat banyak di lingkungan, atau makanan tersebut disertakan didalam kemasan sehingga ketika sang agen bangun dan menjalankan tugasnya, ia mendapat makanan dengan mudah.
5. Dan harus kita tambahkan: sang agen harus ramah lingkungan, dan kalau bisa, ia sangat berguna bagi tanaman! Jangan sampai saat kita membasmi penyakit, kita membasmi tanaman kita pula.
Dari beberapa produk yang beredar dilapangan, kami mengambil kesimpulan, bahwa BioSugih memenuhi semua persyaratan yang berlaku, diantaranya:
1.BioSugih lolos dari uji lab, dan hasil serupa juga diperoleh di lapangan.
2.Formula BioSugih yang lengkap dan stabil, menjamin bahwa apa yang menjadi kandungannya adalah tetap konsisten, tidak berubah, walaupun selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Malah, layaknya 'anggur Perancis', semakin lama usia formula BioSugih, semakin "enak" dan "bagus"-lah ia. Semua makhluk hidup (bakteri dan jamur) yang terdapat dalam BioSugih berada dalam keadaan tidur (dormant), dan menjadi aktif saat diaplikasikan.
3. Agen yang terdapat didalam BioSugih adalah Gibrella, dalam jumlah yang sangat banyak. Terbukti bahwa jika Gibrella 'diadukan' dengan jamur atau bakteri lain dan beberapa virus sekalipun, ia dapat membasminya.
4. Di dalam BioSugih terdapat asam amino dan mineral makro dan mikro yang seimbang, yang dapat dikonsumsi oleh Gibrella dan jamur serta bakteri lain kapanpun dibutuhkan. Gibrella juga dapat menggunakan produk hasil sintesis bakteri dan zat organik lain sebagai bahan makanan.
5. Jamur dan bakteri yang menjadi agen di dalam BioSugih adalah makhluk hidup yang aman bagi lingkungan. Dan tidak hanya aman, tapi juga mampu membantu tanaman supaya produksinya meningkat!
6. dan sebagai tambahan, saya yakin bahwa produk lain juga ada bagusnya di satu sisi, dan demikian juga produk lainnya, sehingga kita dapat saja mencampur mereka dan mendapatkan hasil yang bagus. Tapi kita akan kesulitan untuk melakukan 'coba-coba' (trial and error) untuk mencari komposisi yang pas. Tidak seperti BioSugih yang kandungannya lengkap, sehingga keuntungan yang kita peroleh semakin berlipat.
                                               
Saat ini, uji di laboratorium membuktikan bahwa Gibrella dapat membasmi bakteri dan jamur penyebab penyakit secara luas, dan merupakan salah satu jamur yang kuat dalam bertahan hidup.
Sedangkan pemakaian dilapangan membuktikan bahwa BioSugih TANI membasmi penyakit Phytophthora Infestans, sehingga BioSugih Tani adalah Pupuk Organik yang mampu menghindarkan penyakit lodoh pada tanaman kentang. Dan tidak hanya itu, karena Gibrella berguna untuk membasmi bakteri dan jamur secara luas, BioSugih TANI pun secara efektif menghindarkan berbagai jenis tanaman pertanian dari berbagai jenis penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan jamur.
6. PANEN                                               
     Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen jika daunnya telah berwarna kekuning kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.
E. LANDASAN TEORI
Busuk daun kentang (late blight) yang sering juga disebut sebagai ”hawar daun” adalah penyakit yang terpenting pada tanaman kentang. Penyakit busuk daun kentang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans L, yang semula disebut Botrytis infestans Mont.Miselium interseluler tidak bersekat, mempunyai banyak houstorium. Konidiofor keluar dari mulut kulit, berkumpul 1-5, dengan percabangan simpodial, mempunyai bengkakan yang khas. Konidium berbentuk buah peer, 22-32 x 16-24 µm, berinti banyak 7-32. Konidium berkecambah secara tidak langsung dengan membentuk hifa (benang) baru, atau secara tidak langsung dengan membantuk spora kembara, konidium dapat juga disebut sebagai sporangium atau zoosporangium. Cendawan ini dapat membentuk oospora meskipun agak jarang.
    F. HIPOTESIS
Dengan melakukan pembakaran pada tanaman kentang yang terkena penyakit busuk kemungkinan tanaman yang lain seutuhnya tidak terjangkit karena cendawan Phytophthora infestans L terlalu ganas sehingga tidak semua mati karena dapat disebabkan oleh cendawan dalam bentuk spora yang masih hidup.
















G. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Kerugian masih tetap terjadi, yaitu tanaman kentang di panen muda, dan tanaman harus dibakar / dibinasakan.
2.      Sumber penyakit cendawan masih ada.Cendawan yang dibakar tidak semua mati, beberapa dalam bentuk spora akan sempat terbang dan siap untuk menyerang lagi dalam beberapa waktu.Dan jelas, cendawan tersebut yang banyak berada di bawah dan di permukaan tanah tidak akan dapat diatasi, sehingga kemunculannya hanya menunggu waktu.
3.      Tanaman disekitar lahan dan benda-benda lain yang biasa digunakan dalam kegiatan pertanian pasti ditempeli oleh cendawan ini.
4.      Bibit yang tampak sehat tidak berarti bebas 100% dari penyakit ini, sebab dalam tingkatan tertentu sebagai jamur, P infestans mempunyai masa-masa tidur dan tidak aktif, sehingga sewaktu-waktu bisa terjangkit.
Saran
Harus menggunakan bibit yang terbaik, perlakuan tanam yang terbaik, metoda tanam yang terbaik. Dan ditambah dengan pupuk organik yang mampu mengemburkan lahan, meningkatkan produksi, meringankan biaya, dan anti terhadap 99% penyakit akibat cendawan dan bakteri, maka lengkaplah seluruh perjuangan kita untuk menjadikan pertanian kita menjadi pertanian yang berhasil.Diantara semakin hebatnya serangan penyakit akibat cendawan dan semakin mahalnya pestisida dan fungisida, terdapat solusi mudah dan murah yaitu dengan menggunakan pupuk BioSugih TANI sehingga produktivitas bertambah, dan petani mendapatkan keuntungan lain yaitu terbebas dari serangan cendawan dan bakteri penyebab penyakit.




Anonim.2007.teknis budaya kentang dalam upaya meningkatkan produktivitas agrokomplek di Indonesia.[online].Diakses pada tanggal 8 januari 2012 , Jambi.

Darussalam,faldrius.2012.One Response to Busuk daun kentang (late blight).[online].Diakses pada tanggal 8 januari 2012, Jambi.

Santosa , SC.2004. Artikel:ANCAMAN BUSUK DAUN PADA KENTANG,MENGATASI PENYAKIT BUSUK DAUN PADA KENTANG,Penjelasan dari SC Santosa.[online].Diakses pada tanggal 8 januari 2012 , Jambi.

Anonim.2011. Kentang Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.[online].Diakses pada tanggal 8 januari 2012 , Jambi.Wikipedia:Maraton.