Selasa, 25 Desember 2012

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI TANAH PEMBUATAN KOMPOS DARI PUPUK KANDANG SAPI DAN TANAMAN LEGUM (DAUN ASYSTASIA)


LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI TANAH
PEMBUATAN KOMPOS DARI PUPUK KANDANG SAPI DAN TANAMAN LEGUM (DAUN ASYSTASIA)

OLEH
NAMA       : RAFIEL DAMANIK
NIM           : D1A010077
MK             : BIOTEKNOLOGI TANAH

ILMU TANAH
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Peningkatan produksi pertanian, tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, seperti pupuk buatan/anorganik dan pestisida. Penggunaan pupuk buatan/kimia dan pestisida saat ini oleh petani kadang kala sudah berlebihan melebihi takaran dan dosis yang dianjurkan, sehingga menggangu keseimbangan ekosistem. Disamping itu, tanah cenderung menjadi tandus, organisme-organisme pengurai seperti zat-zat renik, cacing-cacing tanah menjadi habis, demikian juga binatang seperti ular pemangsa tikus, populasi menurun drastis.
Adanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh pupuk buatan/kimia terhadap lingkungan khususnya organisme tanah, maka diterapkan pupuk organik yang lebih menjamin dan efisien. Pupuk organik tersebut dapat dikategorikan, seperti kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Pada praktikum ini, pupuk organik yang akan dibuat adalah kompos dari pupuk kandang sapi beserta daun asystasia yang dikategorikan sebagai tanaman legum.
Kompos sering didefinisikan sebagai suatu proses penguraian yang terjadi secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu didalam atau wadah tempat pengomposan berlangsung. Kompos tersebut diperoleh dari pupuk kandang sapi yang telah diuraikan oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan zat-zat hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan Nitrogen pupuk kandang sapi lebih tinggi dibandingkan kandungan Fospor dan dikategorikan unsur hara yang masih rendah. Maka untuk meningkatkan kandungan Nitrogen yang lebih tinggi, sehingga ditambahkan dengan tanaman legum (daun asiystasia). Dimana Nitrogen berfungsi sebagai memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada cukup N, berwarna lebih hijau sehingga fotosintesis akan lebih mudah. Selain itu, Nitrogen juga berfungsi dalam pembentukan protein.
Tanaman legum merupakan salah satu gulma yang bermanfaat bagi tanaman karena memiliki kandungan seperti Nitrogen. Salah satu tanaman legum yang digunakan ialah Asystasia. Asystasia memiliki kandungan Nitrogen yang tinggi sehingga dicampur dengan pupuk kandang sapi menjadi kompos, kandungan N akan meningkat. Dengan demikian, tanaman akan lebih subur dan meningkatkan produksi pertanian.

1.2  Tujuan
Praktikum ini bertujuan, sebagai berikut :
1)      Untuk mengetahui pembuatan kompos dari pupuk kandang dengan tanaman legum (Asystasia)
2)      Untuk mengetahui manfaat kompos, pupuk kandang, dan Asystasia.
3)      Untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia/Anorganik.












BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian kompos
Kompos merupakan proses penguraian bahan-bahan organik yang terjadi secara biologis dan alami oleh mikroorganisme dan jasad renik sehingga menghsailkan zat-zat hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
2.2 Pembuatan Kompos
Hijauan Asystasia yang diambil daunnya saja agar proses pengomposan berlangsung cepat. Hijauan Asystasia yang telah diambil daunnya ditimbang sebanyak ¾ karung/lapis, lalu di campur dengan pupuk kandang sapi sebanyak 6 karung , dan rock posphat EM4 secukupnya dan , masukkan kedalam plastik besar yang telah disediakan,tambahkan MOL yang telah dipanen. MOL Setelah beberapa hari pengamatan, terjadi perubahan yang signifikan yaitu terjadinya proses yang ditandai dengan perubahan bau, dari yang mulanya berbau busuk berubah menjadi asam. Hal ini menandakan telah terjadinya proses fermentasi secara sempurna, karena adanya aktivitas mikroorganisme yang ada pada usus sapi. Kompos Setelah beberapa hari proses pembuatan kompos, terjadi perubahan warna padahijauan asystasia, dari berwarna hijau menjadi coklat kehitaman. Kemudian dilihat daribentuk fisik hijauan asystasia yang mulanya kasar, berubah menjadi agak halus. Selain itu, juga terjadi perubahan bau yang semulanya berbau busuk karena campuran kotoran sapi menjadi berbau agak masam. Hal ini juga disebabkan oleh adanya fermentasi yang sempura.
2. 3 Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan
Sutanto (2002) menyatakan bahwa dalam proses pengomposan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
  • Kelembapan timbunan bahan kompos, berpengaruh terhadap kehidupan mikrobia, agar tidak terlalu kering atau basah dan tergenang.
  • Aerasi timbunan, berhubungan erat dengan kelengasan.
  • Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 600C), dan juga dilakukan pembalikkan untuk menurunkan temperatur.
  • Suasana, dalam pengomposan menghasilkan asam-asam organik sehingga pH turun, untuk itu diperlukan pembalikkan.
  • Netralisasi keasaman, dapat dilakukan dengan menambah kapur seperti dolomit atau abu.
  • Kualitas kompos, dapat diberi pupuk seperti P untuk meningkatkan kualitas kompos.
Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyimpulkan bahwa pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikroba tersebut adalah bakteri, fungi dan jasad renik lainnya.
Suriawiria (2003) menyatakan bahwa adapun kunci membuat kompos yang bagus meliputi: rasio karbon/nitrogen, adanya bahan mikroorganisme, tingkat kelembapan, tingkat oksigen dan ukuran partikel. Dari ketiga pendapat tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan adalah hampir sama.
2.4 Effective Microorganisme (EM4)
Menurut Anonim (2008) beberapa keuntungan aplikasi effective microorganisme adalah bahwa EM dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen atau yang merugikan tanah dan tanaman sekaligus menghilangkan bau yang ditimbulkan dari proses penguraian bahan organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman, meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan, misalnya Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut fosfat.
EM4 pertanian akan aktif memfermentasi bahan organik (sisa-sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk kandang, dan lain-lain) yang terdapat dalam tanah. Hasil fermentasi bahan organik tersebut adalah berupa senyawa organik yang mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman misalnya gula, alkohol, asam amino, protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa organik lainnya (Anonim, 2007).
Mikroorganisme Efektif (EM) merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, aktinomisetes dan jamur peragian) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikrobia tanah. Pemanfaatan EM dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah, dan selanjutnya memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman (Sutanto, 2002).
2.5 Manfaat Kompos Bagi Tanah dan Tanaman
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) sifat baik dari kompos yang merupakan pupuk organik terhadap kesuburan tanah yaitu dapat menyediakan unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro dalam jumlah relatif kecil, dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah yang berat, membuat permeabilitas tanah menjadi lebih baik dan juga dapat dijadikan sebagai pupuk bagi tanaman. Pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman. Memang persentase unsur hara yang bertambah dari pupuk organik masih lebih kecil disbanding pupuk organik secara umum, fungsi pupuk organik adalah sebagai berikut:
  1. Kebutuhan tanah bertambah. Adanya penambahan unsur hara, humus, dan bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu berpengaruh dalam jangka panjang
  2. Sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah
  3. Sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme jasad renik yang ada menjadi hidup (Indriani, 2001).
Disamping itu, menurut Indriani (2007) kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: Memperbaiki struktur tanah,   memperbesar daya ikat tanah berpasir,menambah daya ikat air pada tanah, memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, mengandung hara yang lengkap, memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
1.      Hari/tanggal    : Selasa, 4 desember 2012
2.      Waktu             : Pukul 10.00-12.00 wib
3.      Tempat            : Rumah kompos, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
3. 2 Alat dan Bahan
1.      Alat
Cangkul, ember, plastik penutup.
2.      Bahan
Pupuk kandang sapi, Asystasia, air, EM4, Rock Pospat (P04).
3.3 Langkah kerja
1)      Menyediadakan bak kompos sebagai media/tempat  pengomposan dengan ukuran bak kompos 2x3x1 meter
2)      Menyiapkan pupuk kandang, Asystasia, EM4, air, dan Rock PO4
3)      Pada lapisan pertama memasukkan pupuk kandang 6 karung ke dalam bak kompos dengan tinggi 20 cm mengaduk hingga rata
4)      Kemudian, lapisan kedua menaburkan legum (daun Asystasia) secukupnya dipermukaan atas pupuk kandang
5)      Pada lapisan ketiga menaburkan Rock Pospat dalam bentuk kering dan halus.
6)      Pada lapisan keempat disiram dengan mol yang diencerkan dan telah dicamour dengan air, yaitu EM4
7)      Kemudian mengulangi seperti semula (dari no. 3 - no.6) diatasnya berturut-turut hingga 4 kali.
8)      Setelah itu, ditutup dengan plastik penutup.
9)      Kemudian, diamati 2 hari sekali, selama 10 hari hingga jadi kompos.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil praktikum yang dapat diperoleh dari pengamatan dapat berupa sifat-sifat fisik dan morfologi tanah kompos dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No.
Sifat fisik dan morfologi tanah
Hasil Pengamatan
Gambar
1.
Warna tanah
Warna hitam kecoklatan
2.

Konsistensi tanah
Tidak lekat, tidak plastis, sangat gembur, Lunak, sementasi lemah
3.
Tekstur tanah
Lempung berpasir
4.

Bau tanah
Seperti tanah biasa, Tidah berbau dan tidak menyengat
5.

Struktur tanah
Remah: bulat sangat poros

4.2 Pembahasan
            Dalam melakukan pengomposon yang baik dan cepat diperlukan teknologi mempercepat pengomposan seperti menambah mikroba untuk menguraikan menjadi kompos sempurna. Dalam pembuatan kompos dari pupuk kandang dan asystasia hanya membutuhkan waktu 10-15 hari untuk menjadi kompos. Akan tetapi tidak bisa terdekomposer cepat begitu saja tanpa input dari luar, seperti bantuan mikroba. Maka untuk mempercepat penguraian maka ditambahkan Mikroorganisme Efektif (EM) merupakan kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, aktinomisetes dan jamur peragian) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah. Rock pospat meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman, meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan.
Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organik dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N yang rendah (telah melapuk) (Hasibuan, 2006).
Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah, dapat langsung digunakan sebagai pupuk, tetapi bila C/N nya tinggi harus didekomposisikan dulu sehingga melapuk dengan C/N rendah yakni 10-12 (Rinsemo, 1993).
            Dari sifat-sifat fisik yang dapat diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Warna tanah
Warna tanah yang diperoleh dari hasil pengomposan berwarna hitam keckolatan. Warna dapat berubah karena hasil kombinasi dari pupuk kandang sapi dengan daun asystasia yang dicampurkan.
2.      Konsistensi tanah
Konsistensi tanah menunjukkan daya kohesi butir-buitr tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Tanah yang terdapat pada hasil kompos tanah tidak lekat artinya tanah tidak melekat pada jari tangan atau benda lain. Tanah tidak plastis artinya tanah tidak dapat membentuk gulungan. Tanah sangat gembur artinya gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas. Tanah Lunak artinya gumpalan tanah mudah hancur bila diremas. Sementasi tanah lemah artinya tanah dapat dihancurkan dengan tangan.
3.      Tekstur tanah
Tekstur tanah dari hasil pengomposan lempung berpasir artinya rasa kasar agak jelas, agak melekat, dapat dibuat bola, dan mudah hancur. Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butirannya lebih besar maka setiap satuan berat luas permukaan lebih kecil sehingga menyerap air dan unsur hara. Tanah berteksur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan unsur hara tinnggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar.
4.      Bau tanah
Bau tanah dari hasil pengomposan tidak berbau. Hal ini karena proses penguraian telah terurai sempurna oleh mikrba. Dan dengan pemberian EM4 bahwa EM dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen atau yang merugikan tanah dan tanaman sekaligus menghilangkan bau yang ditimbulkan dari proses penguraian bahan organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman.
5.      Struktur tanah
Tanah yang diperoleh dari hasil pengomposan, yaitu remah dan poros. Tanah dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang baik. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk. Disamping  itu struktur tanah harus tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan.

BAB V
KESIMPULAN
1.      Kompos yang dibuat membutuhkan waktu hanya 10-15 hari karena dengan bantuan EM4, Rock Pospat.
2.      Keunggulan kompos yang diperoleh tanah tidak berbau dan organik.
3.      Kompos sangat bermanfaat bagi tanaman. Disamping itu kompos juga bermanfaat bagi tanah karena dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan tanah yang miskin akan unsur hara.  
4.      Kandungan unsur hara N kompos yang dibuat dari pupuk kandang sapi, masih dalam kadar rendah. Dengan penambahan Asystasia, maka kandungan unsur hara N meningkat.














DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno, sarwono. 2010. Ilmu tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Fuad. 2011. http://fuadmje.wordpress.com/2011/11/06/kompos/. Diakses pada tanggal 4 desember 2012, Provinsi Jambi.
Jujun. 2011. http://jujun-pelangidanmatahari.blogspot.com/2011/09/pembuatan-pupuk-kompos.html. Diakses pada tanggal 4 desember 2012, Provinsi Jambi.
Wahyuaskari. 2012. http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/pembuatan-kompos/. Diakses pada tanggal 4 desember 2012, Provinsi Jambi.

1 komentar: