BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Padi merupakan
tanaman yang paling penting di negeri kita Indonesia ini. Betapa tidak karena
makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh
tanaman padi. Selain di Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-negara
di benua Asia lainnya seperti China, India, Thailand, Vietnam dan lain-lain.
Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian ini berasal
dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah
memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000
tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh
India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi
adalah Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam. Hama yang banyak
menyerang tanaman ini adalah tikus, orong-orong, kepinding tanah (lembing
batu), walang sangit dan wereng coklat. Hama-hama itulah yang sering
menyebabkan padi gagal panen dan tentunya membuat petani merugi.
Negara produsen padi terkemuka
adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%), dan
Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang
diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand
merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di
dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan
pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia)
diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%).
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1.2.1
Untuk mengetahui cara budidaya tanaman padi sawah dan
padi darat.
1.2.2
Untuk mengetahui perbedaan padi sawah dan padi darat.
1.2.3
Untuk mengetahui jenis padi yang ditanam di darat dan
jenis padi yang ditanam di sawah.
BAB II
BUDIDAYA PADI SAWAH DAN PADI DARAT
I. SEJARAH TANAMAN PADI
Padi termasuk genus Oryza L yang
meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub
tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier
padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari
benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza
glaberima Steund berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini
merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di
Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan
sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan
cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh
dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan
didaerah sub tropika.
II.
KLASIFIKASI TANAMAN PADI
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo :
Poales
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
III. ARTI PENTING DAN MANFAAT PADI BAGI KEHIDUPAN
MANUSIA
Padi merupakan bahan makanan yang
menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian
besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya,
namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak
dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain. Padi adalah salah
satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh
manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi.
Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.
Menurut Collin Clark Papanek, nilai
gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila
disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg.
Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak,
serat kasar, abu dan vitamin.
Disamping itu beras mengandung
beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan
lain sebagainya.
IV. SYARAT TUMBUH
Tanaman padi dapat hidup baik
didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang
baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan,
curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik
untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C.
Tinggi tempat yang cocok untuk
tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung
dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup.
Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara
18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.
V. BERCOCOK TANAM PADI
Padi dibudidayakan dengan tujuan
mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam
harus sehat dan subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang
oleh hama dan penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang
diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan
tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan clan perkembangannya tidak
terhambat, entah oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan.
VI. JENIS-JENIS PADI
1.
Padi Gogo
Di beberapa daerah
tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang
relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan
sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu
tertentu sehingga hasil padi meningkat.
2.
Padi rawa
Padi rawa atau padi
pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di
Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu
membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air
yang ekstrem musiman.
3.
Padi Pera
Padi pera adalah padi
dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya
jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen.
Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras
yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen.
4.
Padi Ketan
Ketan (sticky rice),
baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan
memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya.
5. Padi Wangi
Padi wangi atau harum
(aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal
adalah ras Cianjur Pandanwangi (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan
rajalele. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.
A. PADI SAWAH
Teknik bercocok tanam yang baik
sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini
harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu
bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus
dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari
serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi.
1. PERSEMAIAN
Membuat persemaian merupakan langkah
awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang
sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi
di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar
harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
a. Penggunaan benih
- Benih unggul
- Bersertifikat
- Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha
b. Persiapan lahan untuk persemaian
- Tanah harus subur
- Cahaya matahari
- Pengairan
- Pengawasan
c. Pengolahan tanah calon persemaian
- Persemaian kering
- Persemaian basah
- Persemaian sistem dapog
Persemaian Kering
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah
remah, banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering
harus
dilakukan dengan baik yaitu :
- Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa
jerami yang masih tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
- Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari
pada apa yang dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat
memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.
- Selanjutnya tanah digaru Areal
persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul, yang pada
dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah,
agar tanah menjadi gembur.
Ukuran bedengan persemaian :
- Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut
kebutuhan, akan tetapi
perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu
panjag
- Lebar bedengan 100 -150 cm
- Tinggi bedengan 20 -30 cm
Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan,
dengan ukuran lebar
30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk
mempermudah :
- Penaburan benih dan pencabutan bibit
- Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi
:
¬ Penyiangan
¬ Pengairan
¬ Pemupukan
¬ Pemberantasan hama dan penyakit
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang
akan ditanami, penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari
persemaian basah.
Persemaian Basah
Perbedaan antara persemaian kering dan basah terletak
pada penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah
telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air :
- Air akan melunakan tanah
- Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
- Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga
pernsak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan
menjadi lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu
masing-masing 2 kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan
pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas
persemaian yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.
Sistem Dapog
Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan
sistem dapog, sistem tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di
Desa Pendowoharjo, Sewon.
Cara penyemaian dengan sistem dapog :
- Persiapan persemaian seperti pada persemaian
basah
- Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan
daun pisang
- Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang,
sehingga pertumbuhan benih dapat menyerap makanan dari putik
lembaga
- Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi
sedikit kebawah
- Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga
cukup sampai hari ke 4
- Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan
dipindahkan kepersemaian yang baru atau tempat penanaman disawah
d. Penaburan benih
Perlakuan sebagai upaya persiapan Benih terlebih
dahulu direndam dalam air dengan maksud:
- Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung,
melayang harus dibuang
- Agar terjadi proses tisiologis
Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam
benih yang akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya air kedalam
benih akan mempercepat proses tisiologis
Lama perendaman benih
Benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian
diperam ( sebelumnya ditiriskan atau dietus )
Lamanya pemeraman
Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman
tersebut benih berkecambah.
Pelaksanaan menebar benih
Hal- hal yang hams diperhatikan dalam menebar benih
adalah :
- Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih
1 mm
- Benih tersebar rata
- Kerapatan benih harus sama
e. Pemeliharaan persemaian
1) Pengairan
Pada pesemaian secara kering
Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara
mengalirkan air keselokan yang berada diantara bedengan, agar terjadi
perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal
ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan
menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu /
rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan
faktor yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang
dilakukan secara basah.
Pada pesemaian basah
Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
- Bedengan digenangi air selama 24 jam
- Setelah genagan itu berlangsung selama
24 jam, kemudian air
dikurang hingga keadakan macak-macak (nyemek-nyemek),
kemudian benih mulai bisa disebar Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan
air menjadi macakmacak ini, dimaksudkan agar benih yang disebar dapat
merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.
- Benih tidak busuk akibat genagan air
- Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen
langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat
- Benih mendapat sinar matahari secara
langsung
Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus
diatur sesuai dengan keadaan, misalnya : bila akan terjadi hujan maka bedengan
perlu digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi
pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk
memudahkan pencabutan.
2) Pemupukan dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam
jumlah besar ialah unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti
Urea, TSP dll diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila
perlu diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih
dilakukan menjelang benih disebar.
2. PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN TANAH SAWAH
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah
pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah
) yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari
beberapa tahap :
a. Pembersihan
b. Pencangkulan
c. Pembajakan
d. Penggaruan
a. Pembersihan - Selokan-selokan perlu
dibersihkan
- Jerami yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos
b. Pencangkulan
Perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar
dibajak
c. Membajak
- Memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan
tanah
- Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami )
sehingga akhirnya membusuk.
- Proses pembusukan dengan bantuan mikro
organisme yang ada dalam tanah
d. Menggaru
- Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan
tanah
- Pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam
keaadan basah
- Selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air
ditutup agar lumpur tidak hanyut terbawa air keluar
- Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan
memberikan keuntungan ¾ Permukaan tanah menjadi rata ¾ Air yang merembes
kebawah menjadi berkurang
-Sisa tanaman atau rumput akan terbenam ¾
Penanaman menjadi mudah ¾ Meratakan pembagian pupuk dan pupuk terbenam
3. PENANAMAN
Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan
sebelumnya adalah :
a. Persiapan lahan
b. Umur bibit
c. Tahap penanaman
a. Persiapan lahan
Tanah yang sudah diolah dengan cara yang baik,
akhirnya siap untuk ditanami bibit padi.
b. Umur bibit
Bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi,
bib it tersebut segera dapat dipindahkan dengan cara mencabut bibit
c. Tahap penanaman
Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2 bagian
yaitu
1. Memindahkan bibit
2. Menanam
1) Memindahkan bibit
Bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25 hari (
tergantung jenis padinya, genjah / dalam) dapat segera dipindahkan kelahan yang
telah disiapkan.
Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan ke sawah
:
- Bibit telah berumur 17 -25 hari
- Bibit berdaun 5 -7 helai
- Batang bagian bawah besar, dan kuat
- Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi
yang sama)
- Bibit tidak terserang hama dan penyakit
Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah
ada yang mempunyai anakan.
2) Menanam
Dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus
diperhatikan adalah :
a. Sistim larikan ( cara tanam )
b. Jarak tanam
c. Hubungan tanaman
d. Jumlah tanaman tiap lobang
e. Kedalam menanam bibit
f. Cara menanam
a) Sistim larikan ( cara tanam )
- Akan kelihatan rapi
- Memudahkan pemeliharaan terutama dalam
penyiangan
- Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan
lebih baik dan cepat
- Dan perlakuan-perlakuan lainnya
- Kebutuhan bibit / pemakaian benih bisa
diketahui dengan mudah
b) Jarak tanam
Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman
padi, tergantung pada :
- .Jenis tanaman
- Kesuburan tanah
- Ketinggian tempat / musim
- Jenis tanaman
Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan.
Jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya
jenis padi yang memiliki jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang
lebih sempit.
- Kesuburan tanah
Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan
mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu
sendiri pada tanah yang subur lebih baik daTi pada perkembangan akar /
tanaman pada tanah yang kurang subur. Oleh karena itu jarak tanam yang
dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih lebar daTi pada jarak tanam
padah tanah yang jurang subur.
- Ketinggian tempat.
Daerah yang mempunyai ketinggian tertentu seperti
daerah pegunungan akan memerlikan jarakn tanam yang lebih rapat dari pada jarak
tanam didataran rendah, hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air.
Tanaman padi varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 x 20 cm pada musim
kemarau, dan 25 x 25 cm pada musim hujan.
c) Hubungan tanaman
Hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam.
Hubungan tanaman yang sering diterapkan ialah :
- Hubungan tanaman bujur sangkar ( segi empat )
- Hubungan tanaman empat persegi panjang.
- Hubungan tanaman 2 baris.
d) Jumlah tanaman ( bibit ) tiap lobang.
Bibit tanaman yang baik sangat menentukan
penggunaannya pada setiap lubang. Pemakian bibit tiap lubang antara 2 -3 batang
e) Kedalaman penanaman bibit
Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan
pertumbuhan tanaman kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3 -4 cm.
f) Cara menanam
Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah /
menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran
jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.
4 PEMELIHARAAN
Meliputi :
a. Penyulaman dan penyiangan
b. Pengairan
c. Pemupukan
a. Penyulaman dan penyiangan.
Yang harus diperhatikan dalam penyulaman :
- Bibit yang digunakan harus jenis yang
sama
- Bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang
terdahulu
- Penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari
setelah tanam.
- Selain tanaman pokok ( tanaman pengganggu )
supaya dihilangkan.
b. Pengairan
Pengairan disawah dapat dibedakan :
- Pengairan secara terns menerus
- Pengairan secara piriodik
c. Pemupukan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan
yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan /
produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa :
- Pupuk alam ( organik )
- Pupuk buatan ( an organik )
Dosis pupuk yang digunakan :
- Pupuk Urea 250 -300 kg / ha
- Pupuk SP 36 75 -100 kg / ha
- Pupuk KCI 50 -100 kg / ha
- Atau disesuaikan dengan analisa tanah
5. PENGENDALIAN HAMA DAN
PENYAKIT
· Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa
titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi.
Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan
musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) menggunakan BVR atau Pestona · ·Padi
Thrips (Thrips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai
kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi.
Pengendalian: BVR atau Pestona.
· Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
· Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan
dapat menularkan virus. Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering,
sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi
kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan
wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan
lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah;
(2) penyemprotan BVR
· Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa
atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada
daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak,
peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami
seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan BVR atau PESTONA
· Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang
tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas
isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan
telur-telurnya, penyemprotan BVR atau PESTONA
· Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama "sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut "beluk". Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan BVR atau PESTONA
· Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama "sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut "beluk". Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan BVR atau PESTONA
· Hama tikus (Rattus argentiventer)
Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala:
adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat
ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam
serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung
hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).
· Burung
Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji
berserakan.
Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau
orang-orangan.
· Penyakit Bercak daun coklat
· Penyakit Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae.
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru
tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi
tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.
Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat + POC NASA, pemupukan berimbang,
tanam padi tahan penyakit ini.
· Penyakit Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang
daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai
dan cabang di dekat pangkal malai membusuk.
Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) pemberian GLIO di awal tanam
Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) pemberian GLIO di awal tanam
· Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun
dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah
dan mutu gabah menurun. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2)
pemberian GLIO pada saat pembentukan anakan
· Penyakit Fusarium
· Penyakit Fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala:
menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA dan
disebari GLIO di lahan.
·Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae)
Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang
daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati.
Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46,
Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2)
pengendalian diawal dengan GLIO
· Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat
Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi
pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku
pendek, anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha
pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector
dengan
BVR atau PESTONA.
· Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau
Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan
tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang,
pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi
tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan
mengendalikan vektor virus dengan BVR.
6. PANEN DAN PASCA PANEN
·Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan
tangkainya menunduk
·Alat yang digunakan ketam atau sabit
·Alat yang digunakan ketam atau sabit
·Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan
perontok mesin atau tenaga manusia
· Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin
· Dilakukan pengeringan dengan sinar
matahari 2-3 hari
· Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah
dari kulit bijinya.
· Beras siap dikonsumsi.
B. PADI
DARAT
1. Iklim
Padi darat memerlukan air sepanjang
pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya mengandalkan curah hujan.
Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai daratan
tinggi. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450 LU sampai 450
LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.
Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan
berturut-turut atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau
atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu
tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena
penyerbukankurang intensif. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650
m dpl dengan temperature 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500
m dpl dengan temperature 19-230C.
Tanaman padi memerlukan penyinaram
matahari penuh tanpa naungan. Di Indonesia memiliki panjang radiasi matahari ±
12 jam sehari dengan intensitas radiasi 350 cal/cm2/hari pada musim
penghujan. Intensitas radiasi ini tergolong rendah jika dibandinkan dengan
daerah sub tropis yang dapat mencapai 550 cal/cm2/hari. Angin
berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan
merobohkan tanaman.
2. Tanah
Padi darat harus dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak begitu berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil padi darat. Sedangkan yang lebih berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil adalah sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan
kata lain kesuburannya. Untuk pertumbuhan tanaman yang baik diperlukan
keseimbangan perbandingan penyusun tanah yaitu 45% bagian mineral, 5% bahan
organik, 25% bagian air, dan 25% bagian udara, pada lapisan tanah setebal 0 –
30 cm.
Srutktur tanah yang cocok untuk
tanaman padi darat ialah struktur tanah yang remah. Tanah yang cocok bervariasi
mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan
air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika
ada harus < 50%. Keasaman (pH) tanah bervariasi dari 5,5 sampai 8,0. Pada pH
tanah yang lebih rendah pada umumnya dijumpai gangguan kekahatan unsur P,
keracunan Fe dan Al. sedangkan bila pH lebih besar dari 8,0 dapat mengalami
kekahatan Zn.
3. Teknik Budidaya
1) Pemilihan
Varietas
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
varietas padi darat untuk diusahakan di suatu daerah antara lain adalah;
1. Kesesuaiannya terhadap lingkungan tumbuh
(ketinggian tempat, iklim),
2. Umur tanaman yang erat kaitannya dengan curah hujan
yang ada dan pola tanam,
3. Ketahanan terhadap hama dan penyakit,
4. Produktivitas.
Sedangkan syarat benih yang baik:
a) Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami,
kerikil, tanah dan hama gudang.
b) Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.
c) Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.
d) Daya perkecambahan >80%.
2) Pengolahan
Lahan
Pengolahan tanah untuk pertanaman
padi darat dimulai sebelum atau menjelang musim penghujan. Pengolahan tanah
dilakukan sesuai kondisi lahan. Pada prinsipnya pengolahan tanah dilakukan
untuk menciptakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan tanaman, yaitu
menciptakan keseimbangan antara padatan, aerasi dan kelembaban tanah. Ada lahan
yang perlu pengolahan tanah sedikit (minimum tillage) atau bahkan tidak
perlu pengolahan tanah (zerro tillage) seperti tanah podzolik merah
Kuning di Sumatra yang memiliki tingkat kemiringan > 10%. Karena jika
dilakukan pengolahan tanah justru akan merugikan disamping menambah biaya juga
menyebabkan tanah lebih peka terhadap erosi sehingga kesuburannya menurun.
Demikian pula hasil padi yang diperoleh antara sistem olah tanah sempurna
dengan oleh tanah minimum tidak berbeda nyata, sehingga sistem olah tanah
minimum lebih ekonomis. Cara pengolahan tanah adalah sebagai berikut:
1. Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput
sambil memperbaiki pematang dan saluran drainase.
2. Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm,
tanah dibalik.
3. Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan
yang kedua sebanyak 20 ton/ha.
4. Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu
diratakan.
5. Tanah dibiarkan sampai hujan turun.
Dalam budidaya tanpa olah tanah untuk mengendalikan
gulma digunakan herbisida. Sebelum aplikasi herbisida dilakukan, gulma
(terutama alang-alang) direbahkan atau dibakar terlebih dahulu, setelah tumbuh
sekitar 60 cm (tidak sedang berbunga) baru diadakan penyemprotan. Takaran
herbisida jenis Roundup antara 5-6 l/ha dengan pelarut air antara 200-800 l/ha.
4. Waktu tanam
Penaman yang baik dilakukan setelah terdapat 1 – 2
kali hujan, awal musim penghujan (Oktober – Nopember). Bahkan ada petani yang
telah menebar benih pagi gogo sebelum hujan turun atau yang lebih dikenal
dengan sistem Sawur tinggal. Sistem tanam sawur tinggal dapat
dianjurkan pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan sedikit (bulan basah
antara 3 – 4 bulan) per tahun dan sulit mendapatkan tenaga kerja.
5. Penanaman
Penanaman padi gogo pada dasarnya dapat dilakukan
dengan tiga macam cara yaitu :
1. Cara tanam disebar
Cara tanam ini dilakukan dengan menyebar rata diatas permukaan
tanah atau lahan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Kebutuhan benih pada
cara ini biasanya lebih banyak dibandingkan cara yang lain, yaitu berkisar 60 –
70 kg/ha. Cara tanam ini mempunyai keuntungan tenaga kerja tanam yang
dibutuhkan sedikit. Kelemahan dari cara ini antara lain :
·
Memerlukan benih lebih banyak
·
Resiko benih dimakan hama lebih tinggi, karena di
permukaan
·
Tanaman lebih peka terhadap kekeringan atau kekurangan
air.
·
Resiko benih hanyut jika terjadi hujan lebat lebih
tinggi
·
Lebih sulit dalam perawatan, termasuk pengendalian
gulma.
Untuk mengurangi resiko atau kelemahan tersebut maka
perlu dilakukan antisipasi seperti pembuatan saluran drainase atau parit-parit
sehingga terbentuk bedeng-bedeng untuk mencegah genangan air. Guna mengendalikan
rumput sebaiknya diaplikasikan herbisida pra tumbuh sebelum sebar benih.
Penggunaan seed treatment untuk menanggulangi hama.
2. Cara tanam alur
Lahan yang telah dipersiapkan dibuat alur-alur sedalam
3 – 4 cm, dengan jarak antar alur 20 – 25 cm. Kemudian dalam alur tersebut
disebarkan benih padi secara iciran, artinya benih padi dijatuhkan secara
manual dengan tangan dan diatur sedemikian rupa sehingga benih jatuh dalam alur
tersebut secara merata. Setelah itu benih dalam alur ditutup kembali dengan
tanah. Kebutuhan benih cara tanam alur ini berkisar antara 40 – 50 kg/ha, jadi
lebih sedikit dibandingkan dengan sistem sebar.
3. Cara tanam tugal
Pada cara tanam ini lahan yang sudah
siap dibuat lubang-lubang tanam dengan menggunakan tugal. Pada umumnya untuk
pertanaman padi darat menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm. Setelah lubang bekas
tugal terbentuk kemudian 2 – 3 butir benih dimasukkan ke dalam setiap lubang
tanam dan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah. Sebaiknya sebelum ditanam
benih direndam sekitar 6 – 12 jam, kemudian dikeringanginkan sekitar 6 – 12
jam. Pada cara tanam dengan tugal ini kebutuhan benihnya ± 30 kg/ha, dan
perawatan tanaman akan lebih mudah. Oleh karena itu cara ini yang paling banyak
dipraktekkan oleh petani meskipun memerlukan tenaga kerja tanam lebih banyak
dibandingkan cara sebat atau alur.Jarak tanam atau jarak antar larik dan jumlah
benih/lubang/ha sangat tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan kualitas
benih yang ditanam. Semakin subur tanah, jarak tanam dapat semakin rapat.
Demikian pula, semakin baik kualitas benih, maka semakin sedikit jumlah benih
yang diperlukan. Jarak tanam, jumlah benih dan cara tanam dapat berpengaruh
terhadap hasil padi gogo di lahan kering.
6. Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyulaman Padi darat dilakukan pada umur 1-3 minggu
setelah tanam.
2. Penyiangan
Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit
atau dengan tangan waktu tanaman berumur 3-4 minggu dan 8 minggu. Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan 1-2 minggu sebelum muncul
malai.
3. Pemupukan
Pupuk yang digunakan dalam budidaya padi gogo
sebaiknya dikombinasikan antara pupuk organik dan pupuk anorganik. Pemberian
pupuk organik (pupuk kandang atau kompos), dapat memperbaiki sifat fisik dan
biologi tanah. Sedangkan pemberian pupuk anorganik yang dapat menyediakan hara
dalam waktu cepat, pada dosis yang sesuai kebutuhan tanaman berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan dan hasil.
Pupuk organi diaplikasikan pada saat penyiapan lahan.
Pupuk ini dipakai untuk meningkatkan kandungan C organik tanah dan meningkatkan
kehidupan mikroorganisme tanah. Dosis pupuk pada pertanaman padi gogo harus
disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanahnya. Jenis pupuk anorganik yang
diberikan berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCl. Pupuk TSP
dan KCl diberikan saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8 minggu setelah
tanam. Pupuk urea , TSP maupun KCl sebaiknya diberikan dalam alur atau ditugal
kemudian ditutup kembali dengan tanah untuk mencegah kehilangan unsurnya.
Tabel : waktu dan cara pemberian pupuk anorganik pada
pertanaman padi darat
Jenis Pupuk
|
Waktu pemupukan
|
Cara Pemupukan
|
|||
0 hst
|
14 hst
|
42 hst
|
55 hst
|
||
Urea
|
-
|
1/6 bag
|
1/2 bag
|
1/3 bag
|
Ditugal/alur
|
TSP
|
1 bag
|
-
|
-
|
-
|
Dalam alur/ sebar
|
KCl
|
1 bag
|
-
|
-
|
-
|
Dalam alur/sebar campur tanah
|
Keterangan :
Bag = bagian dari dosis yang digunakan
Hst = haris setelah tanam
4. Pengendalian Organisme Pengganggu
Tanaman
a. Pengendalian gulma
Gulma yang tumbuh pada pertanaman
padi darat di lahan kering dapat digolongkan menjadi golongan gulma berdaun
lebar, golongan rumput dan golongan teki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
akibat pengendalian gulma yang terlambat satu bulan dapat menurunkan hasil
sampai 17% (Lamid, Z.1984).
Pengendalian gulma dilakukan secara
kultur teknis dan secara kimiawi dengan menggunakan herbisida. Secara mekanis
gulma dapat dikendalikan dengan menggunakan cangkul atau kored. Pelaksanaannya
dilakukan pada saat tanaman berumur 14 – 28 hari dan 60 hst. Sedangkan untuk
mengendalikan gulma secara kimiawi dengan herbisida, dapat mengikuti petunjuk
dari hasil Penelitian Puslitbangtan Bogor tentang jenis herbisida yang dapat
digunakan untuk pertanaman padi darat seperti Satunil 60 EC, Ronstar 25 EC dan
Gasafax 80 WP
b. Hama tanaman padi darat
1) Hama lalat bibit
Lalat bibit (Atherigona oryzae) termasuk hama
penting pada padi darat. Larva dari lalat ini menimbulkan kerusakan pada
tanaman muda. Larva menyerang anakan tanaman padi yang sedang tumbuh, sehingga
anakan mati seperti terserang sundep. Anakan yang dapat bertahan daunnya cacat
dan mudah sobek dan pada umumnya tanaman yang terserang hama ini dapat sembuh,
tetapi akan terlambat masak sekitar 7 – 10 hari.
Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan
dengan penanaman padi darat pada awal musim hujan. Penggunaan varietas yang
tahan seperti Arias, Seratus Malam Danau atas juga dapat dilakukan.
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan seed treatment menggunakan
Larvin 75 WP atau Marshall 25 ST. Sedangkan setelah tanaman berumur 7 hari
dapat dilakukan penyemprotan dengan Dekasulfan 350 EC.
2) Hama lundi
Hama lundi (Phillophaga helleri) atau lebih
dikenal dengan hama uret termasuk hama penting pada pertanaman padi darat.
Stadia yang merusak dari hama lundi adalah larvanya. Untuk hidupnya, hama ini
membutuhkan kelembaban tanah yang tinggi. Disamping itu hama lundi menyukai
tanaman yang berakar serabut. Pemakaian bahan organik juga dapat mendorong hama
lundi, karena larva yang baru menetas akan makan bahan organik yang ada di
dalam tanah. Tanaman padi yang terserang menjadi kerdil dan kayu.
Pengendalian hama lundi secara kultur teknis dapat
dilakukan dengan penundaan pengolahan tanah sampai kumbang dewasa selesai
bertelur, yaitu kira-kira terjadi setelah 3 minggu turun hujan. Dengan
pengolahan tanah yang dalam, telur dan larva akan terangkat ke permukaan tanah
sehingga dapat dirusak oleh sinar matahari atau musuh alaminya. Insektisida
yang efektif untuk hama lundi adalah Furadan atau Dharmafur 3 G yang diberikan
dekat alur tanaman pada saat tanam dengan dosis 10 kg/ha.
3) Hama wereng coklat
Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata
lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama wereng paling
ditakuti oleh petani di Indonesia. Wereng ini dapat menularkan virus.
Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering,
sekelompok tnaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi
kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan
wereng seperti IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan
lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah;
(2) penerapan pola tanam, jangan menanam padi lebih dari 2 kali musim tanam
pertahun (3) pembajakan sisa-sisa panen dengan segera (4) pemberian pupuk
nitrogen secara bertahap. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan
penyemportan insektisida Applaud 10 WP, Applaud 400 FW atau Applaud 100 EC
dengan dosis sesuai petunjuk pada label.
4) Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu dengan cara
menghisap cairan di dalamannya.
Gejala: dan menyebabkan buah hampa atau berkualitas
rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat
bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam. Pengendalian: (1)
bertanam serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkan dan memunahkan telur,
melepas musuh alami seperti jangkrik; (2) menyemprotkan insektisida Bassa 50
EC, Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP, Kiltop 50 EC.
5) Hama tikus (Rattus argentiventer)
Tanaman padi akan mengalami kerusakan parah apabila
terserang oleh hama tikus dan menyebabkan penurunan produksi padi yang cukup
besar. Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah.
Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak
sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.
Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan,
melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan pestisida dengan
tepat, intensif dan teratur, memberikan umpan beracun seperti seng fosfat yang
dicampur dengan jagung atau beras.
c. Penyakit tanaman padi darat
1) Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae).
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru
tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi
tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.
Pengendalian: (1) merendam benih di dalam air panas,
pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air
raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan insektisida Rabcide 50 WP.
2) Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae.
Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung
tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang
di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat dan butiran
padi menjadi hampa.
Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi
sawah, menanam varietas unggul yang tahan (laut tawar, IR 43, danau atas, dll);
(2) pemberian pupuk berimbang, khusuasya antara nitrogen dan fosfat di saaat
pertengahan fase vegetative dan fase pembentukan bulir; (3) pergiliran varietas
(4) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS
atau Rabcide 50 WP.
3) Penyakit garis coklat daun (Narrow brown leaf
spot,)
Penyebab: jamur Cercospora oryzae.
Gejala: menyerang daun dan pelepah. Tampak gari-garis
atau bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat sepanjang 2-10 mm. Proses
pembungaan dan pengisian biji terhambat.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini
seperti Citarum, mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri; (2) menyemprotkan
fungisida Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX 200.
4) Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.
Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, gejala
terlihat pada tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan jumlah dan
mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara ekonomi.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini; (2)
menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti Monceren 25 WP dan
Validacin 3 AS.
5) Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.
Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji
menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk, tanaman
padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan
benih pada larutan merkuri.
6) Penyakit noda/api palsu
Penyebab: jamur Ustilaginoidea virens.
Gejala: malai dan buah padi dipenuhi spora, dalam satu
malai hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidak menimbulkan
kerugian besar. Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit, menyemprotkan
fungisida pada malai sakit.
5. Panen dan pasca panen
Umur panen padi darat bervariasi tergantung varietas
dan lingkungan tumbuh. Panen sebaiknya dilakukan pada fase masak panen yang
dicirikan dengan kenampakkan >90% gabah sudah menguning (33-36 hari setelah
berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau dan kadar air
gabah 21-26 %. Panen yang dilakukan pada fase masak lewat panen, yaitu pada
saat jerami mulai mengering, pangkal mulai patah, dapat mengakibatkan banyak
gabah yang rontok saat dipanen.
Sebelum pemanenan, dilakukan pengeringan sawah 7-10
hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan
hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi. Panen dengan menggunakan
mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder panen dapat
dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar, sedangkan dengan Reaper
harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar. Perontokan
hasil panen menggunakan pedal thresher. Perontokan dengan pengebotan
(memukul-mukul batang padi pada papan) sebaiknya dihindari karena kehilangan
hasilnya cukup besar, bisa mencapai 3,4%. Kegiatan yang dilakukan pasca panen
seperti berikut :
1. Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen,
gunakan cara diinjak-injak (±60 jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting
(± 16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan dua kali di dua tempat terpisah.
Dengan menggunakan mesin perontok, waktu dapat dihemat. Perontokan dengan
perontok pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar hasil
panen.
2. Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara
diayak/ditapi atau dengan blower manual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3
%.
3. Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari
sampai kadar airnya 14%. Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika
menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin daripada dijemur
di halaman.
4. Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung
bersih dan jauhkan dari beras karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap
dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
1) Padi
merupakan makanan pokok indonesia sehingga tanaman padi perlu dibudidayakan
2) Pembibitan
tanaman padi sawah dilakukan penyemaian terlebih dahulu kemudian dipindahkan ke
tempat penanaman yang sesungguhnya, sedangkan pembibitan tanaman padi darat
langsung ditanam ke lahan pertanian atau ke tempat yang sesungguhnya.
3) Kebutuhan
air yang diperlukan untuk padi sawah
lebih lembab atau banyak
dibandingkan padi darat.
4) Jenis
tanaman padi yang digunakan di darat adalah padi gogo.
2.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.mamud.com/Docs/budi_daya_padi_sawah.pdf
thx bro atas elmunya.
BalasHapus